DABETES MELLITUS TIPE 2 dan
KOMPLIKASINYA
BAB I
KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : Ny. M
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 55 Tahun
Alamat : Jatipura
Pekerjaan : Ibu rumah
tangga
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Tgl. Masuk : 24-12-2009
Tgl. Keluar : 29-12-2009
II. Anamnesis
Keluhan Utama:
Penglihatan kabur sejak satu bulan sebelum masuk rumah sakit.
. Riwayat Penyakit Sekarang:
Os datang dengan keluhan penglihatan kabur sejak satu bulan yang lalu. Os
juga mengeluh sakit kepala, nyeri pada tengkuk, tangan dan kaki terasa seperti
kesemutan/baal, badan lemas, sering kencing pada malam hari, sering merasa haus
dan lapar. Os merasakan gatal-gatal didaerah genital, dan bagian badan lainya
seperti daerah perut. Pasien mengaku berat badannya turun dari sebelumnya.
Riwayat batuk lama
disangkal.
Riwayat batuk darah disangkal.
Riwayat mendapat pengobatan
paru-paru disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien memiliki riwayat
penyakit diabete melitus dan hipertensi.
Riwayat penyakit
tuberkulosis disangkal
Riwayat penyakit asma
disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Orang tua pasien menderita
diabetes melitus, dan hipertensi. Kakak pasien menderita TB paru.
Riwayat Pengobatan:
Os mengaku telah menggunakan
obat-obat antidiabetik oral (metformin) selama 8 tahun secara teratur, dan
menggunakan obat anti hipertensi namun konsumsi obat anti hipertensi tidak
teratur. Pasien hanya mengkonsumsi jika tekanan darah meningkat.
III. Status Praesen
Kesadaran :
Composmentis
Keadaan umum : Sedang
Tensi : 220/120
mmHg
Nadi :
100x/menit
Suhu :
370C
Pernafasan :
24 x/menit
Icterus : -/-
Oedema : -/-
Cyanotik : -/-
Anemia : -/-
Ptechia : -
Turgor kulit :
Baik
IV. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Sklera tidak ikterik
Konjungtiva
tidak anemis
Refleks pupil +/+, pupil isokor.
Leher : Trakea berada di tengah-tengah
Tidak ada pembesaran KGB
Tidak
ada pembesaran kelenjar tiroid
Thorax : Paru-paru:
I: Dinding dada datar, tidak
tampak massa, kelainan kulit dan
pelebaran pembuluh darah
P:
Fremitus taktil vokal paru dextra dan sinistra normal
P: Sonor diseluruh lapang paru
A: Vesikuler +/+
Jantung
I: iktus kordis
tidak terlihat
P:
iktus kordis teraba
P: Batas atas jantung pada SIC
3 linea parasternalis sinistra
Batas kanan jantung pada SIC 5 linea
sternalis
Batas
kiri jantung pada SIC 5 linea midklavikula
A: BJ 1 dan 2 reguler, murmur (–)
dan gallop (–)
Abdomen : I: Perut cembung
Venektasi (-)
Caput meduse (-)
P: Tidak terdapat nyeri tekan,
tidak ada pembesaran organ, tidak
teraba massa
P: Timapani seluruh
lapang abdomen
A: Bising usus +
Extremitas : tidak terdapat udema
Akral hangat
V. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Darah Rutin Tgl (24-12-2009)
Hamoglobin : 11,1 l g/dl 11,0 – 17,0
Leukosit :
10,2 103/μl 4,0 – 10,0
Limfosit :
1,8 103/μl 1,0 – 5,0
Monosit :
0,6 103/μl 0,1 – 1,0
Granulosit : 7,8 103/μl 2,0 – 8,0
Hematokrit :
35,9 l % 35,0 – 55,0
MCV : 80,7 h μm3 80,0 –
100,0
MCH : 24,9 H pg 26,0 – 34,0
MCHC : 30,9 g/dl 31,0 – 35,5
Trombosit : 493 l 103/μl 150 - 500
KGDS : 345 mg/dl
Darah rutin (26-12-2009)
Hamoglobin :
10,5 l g/dl 11,0 – 17,0
Leukosit :
8,2 103/μl 4,0 – 10,0
Limfosit :
2,4 103/μl 1,0 – 5,0
Monosit :
0,5 103/μl 0,1 – 1,0
Granulosit : 5,3 103/μl 2,0 – 8,0
Hematokrit :
33,0 l % 35,0 – 55,0
MCV : 81,3 h μm3 80,0 –
100,0
MCH : 25,9 H pg 26,0 – 34,0
MCHC : 31,8 g/dl 31,0 – 35,5
Trombosit : 475 l 103/μl 150 - 500
KGDS : 173 mg/dl
Kimia Klinik (Tgl 25-12-2009)
Glukosa
Glukosa
sewaktu :
103 mg/dl
70-150
Fungsi Ginjal
–
Ureum :
20,3 mg/dl 10 - 50
–
Kreatinin : 0,45
mg/dl 0,6 – 1,38
–
Uric
Acid : 2,34 mg/dl 3,34 - 7
Fungsi Hati
–
Protein
Total :
6,79 gr/dl 7,0 – 9,0
–
Albumin :
3,33 gr/dl 3,5 - 5
–
Globulin :
3,13 gr/dl 1,5 - 3
–
Bilirubin
Total :
0,21 mg/dl 0,1 – 1,2
–
Bilirubin
Direct :
0,09 mg/dl 0,0 – 0,25
–
Bilirubin
Indirect :
0,12 mg/dl -0,75
–
SGOT :
11 U/l 0
- 38
–
SGPT :10 U/l 0 - 41
–
Alkali
Phospatasa :78 U/l 0 – 258
–
HBsAg :
0,387
COI < 1 N Reac
Lipid
·
Cholesterol Total : 164 mg/dl
(-220/Resiko tinggi)
·
HDL Kolesterol : 38 mg/dl 45 – 65/35 - 55
·
LDL Kolesterol : 121 mg/dl <
150
·
Trigliserida :
125 mg/dl (-150/Resiko tinggi)
Elektrolit
– Natrium :142 mmol/L 136
- 145
– Kalium :3,6 mmol/L 3,5
– 5,1
– Clorida :97 mmol/L 97 – 111
– Kalsium :1,15
mmol/L 1,15 – 1,20
Urine (Tgl 27-12-2009)
Urine Rutin
Warna :
kuning Kuning
jernih
PH :
8,0 (5,0
- 8,0)
Berat Jenis :
1,015 (1,005
– 1,030)
Nitrit :
- -
Protein :
- -
Glukosa :
- -
Keton :
- -
Bilirubin :
- -
Urobilinogen :- -
Sedimen
Leukosit :
0-1
Eritrosit :
-
Epitel :
1-2
Kristal :
-
Silinder :
-
Rontgen Thorax (26-12-2009)
Corakan bronkovaskular normal
Sinus lancip, diafragma licin.
COR : CTR < 0,5
Kesan : pulmo dan besar cor normal.
VI. Resume
Pasien berusia 55
tahun datang dengan keluhan penglihatan kabur sejak satu bulan, sakit kepala,
nyeri tengkuk, poliuri, polifagi, polidipsi, badan lemas (malaise), berat badan
menurun, pruritus pada daerah genital dan perut, parastesia dikeempat
ektremitas. Tekanan darah 220/120. Pada pemeriksaan glukosa darah sewaktu
didapatkan KGDS 345 mg/dL.
VII. Daftar Masalah
1. Gangguan penglihatan e.c papil
udem, retinopati diabetik, hipertensi
2. Hipertensi emergency
3. DM tipe 2
4. Neuropati perifer
VIII. Differensial Diagnosis
----------
IX. Penatalaksanaan
F Tirah baring
F Diit karbohidrat 60-70%,
protein 10-15% dan lemak 20-25% dari kebutuhan kalori perhari. Pembatasan garam
6 g/hari. Serat ± 25 g/hari.
F
Rehidrasi
: RL 20 gtt/menit
F Antibiotik : Cefotaxim 3x1gram i.v
F Anti diabetic oral : Metformin 2x500mg
Glikazid
1x80 mg
F Anti hipertensi : Captopril 2 x 25 mg tab
F Ranitidin : 2x1 amp
X. Prognosis
Dubia
Follow Up
Hari-1 - S : Malaise (+) Parastesia (+) Polidipsi (+) Polifagi (+) Poliuri (+) - O Kesadaran : CM Kesadaran : CM Tensi : 180/100 mmHg Tensi : 90/60 mmHg Nadi : 84 x/menit Nadi : 92 x/menit Suhu : 35,70 C Suhu : 38 C Pernafasan : 20 x/menit Pernafasan : 20 x/menit -P Konsul bagian mata Terapi: Rehidrasi : RL 20 gtt/menit Cefotaxim 3x1gram i.v Metformin 2x500mg Glucodex 1x80gram Captopril 2 x 25 mg tab Ranitidin : 2x1 amp | Hari-2 -S : malaise (+) parastesia (+) Polidipsi (+) Polifagi (+) Poliuri (+) Batuk (+) - O Kesadaran : CM Tensi : 160/90 mmHg Nadi : 88 x/menit Suhu : 36,30 C Pernafasan : 22 x/menit - P Th/ lanjut + OBH syr 3 x CI Periksa KGDS Toraks PA |
Hari-3 Hari-4 -S : malaise (+) parastesia (+) Polidipsi (+) Polifagi (+) Poliuri (+) - O : Kesadaran : CM Kesadaran : CM Tensi : 150/100 mmHg Tensi : 100/70 mmHg Nadi : 100 x/menit Nadi : 80 x/menit Suhu : 36,20C Suhu : 36 C Pernafasan : 20 x/menit Pernafasan : 20 x/menit -P : Th/ lanjut KGDS = 173 mg/dL Periksa KGDS Periksa BTA Periksa LED Periksa Urin Lengkap | Hari-4 - S : malaise (+) parastesia (+) Polidipsi (-) Polifagi (-) Poliuri (-) - O : Kesadaran : CM Tensi : 160/100 mmHg Nadi : 92 x/menit Suhu : 36 0C Pernafasan : 22 x/menit -P : Th/ lanjut KGDS = 174 mg/dL LED = 35 mm/jam BTA (-) |
Hari-5 - S : Malaise (-) parastesia (+) Polidipsi (-) Polifagi (-) Poliuri (-) Batuk mulai berkurang - O : Kesadaran : CM Kesadaran : CM Tensi : 130/90 mmHg Tensi : 100/70 mmHg Nadi : 88 x/menit Nadi : 80 x/menit Suhu : 35,60C Suhu : 36 C Pernafasan : 20 x/menit -P : Th/ lanjut | Hari-6 - S: Malaise (-) Parastesia (-) Polidipsi (-) Polifagi (-) Poliuri (-) Batuk berkurang -O : Kesadaran : CM Tensi : 130/80 mmHg Nadi : 92 x/ menit Suhu : 360C Pernapasan : 24 x/menit -P: ACC pulang Metformin 1 x 500 mg neurodex 3 x 1 Captopril 2 x 12,5 mg Dexanta syr 3 x CI OBH Syr 3x CI CTM 3 x 4 mg |
BAB II
PEMBAHASAN
Daftar masalah pada pasien ini
adalah :1. Gangguan penglihatan e.c hipertensi emergency. Ditegakan dari anamnesis pengihatan berkurang, sakit kepala hebat, nyeri pada tengkuk, serta adanya riwayat hipertesi. Pada pemeriksaan ditemukan tekanan darah 220/120 mmHg
DD/: gangguan penglihatan e.c retinopati diabetik, katarak.
Rencana diagnosis : Pemeriksaan visus dan uji lapang pandang, funduskopi.
Rencana terapi : konsul pada spesialis mata.
2. HT emergency, ditegakan atas dasar dari anamnesis pasien mengeluh nyeri kepala hebat, nyeri tengkuk, penglihatan berkurang, serta adanya riwayat hipertensi.
DD/ Hipertensi sekunder.
Rencana diagnosis: pemeriksaan ureum kreatinin, urin lengkap (untuk menilai komplikasi nefropati hipertensi), lpid profil (untuk tata laksana factor resiko), EKG (untuk melihat komplikasi ke jamtung), foto toraks.
Rencana terapi : ACE inhibitor (Captopril) sublingual 3 x 6,25 mg
3. DM tipe 2, ditegakan atas dasar pada anamnesis ditemukan gejala klasik DM seperti polidipsi, poliuri, polifagi dan penurunan berat badan, serta beberapa factor resiko sebagai pencetus DM diantaranya adalah usia > 45 tahun, IMT sebelum adanya riwayat DM > 23kg/m2, hipertensi, dan adanya riwayat DM pada garis keturunan dimana orang tua dari pasien ini menderita DM. Pada pemeriksaan gula darah sewaktu didapatkan kadar glukosa darah 345 mg/dL.
Rencana diagnostik :Kurva glukosa darah harian, HBA1c, lipid profil, urin lengkap, ureum kreatinin, asam urat, EKG, dan funduskopi.
Rencana terapi : Infus intravena, diet DM, OHO, edukasi.
4. Nefropati diabetik, ditegakan atas dasar pada anamnesis ditemukan gejala rasa kesemutan/baal pada
Rencana diagnostik: pemeriksaan pulsasi arteri, konsul ke bagian neurologi.
Dibetes mellitus adalah kelompok penyakit metabolic yang ditandai oleh hiperglikemi akibat defek pada:
1. Kerja insulin (resistensi insulin) dihati (peningkatan produksi glukosa hepatic) dan dijaringan perifet (otot dan lemak)
2. Sekresi insulin oleh sel beta pancreas.
3. Atau keduanya.1
Klasifikasi diabetes mellitus:
I. DM tipe I (destruksi sel β, umumnya diikuti oleh defisiensi insulin absolute)
II. DM tipe II (bervariasi, mulai dari predominan resistensi insulin dengan defisiensi insulin relative sampai predominan defek sekretorik dengan resistensi insulin)
III. DM gestasional
IV. Tipe spesifik lain :
a. Defek genetic pada funsi sel β
b. Defek genetic pada kerja insulin
c. Penyakit eksokrin pancreas
d. Endokrinopati
e. Diinduksi oleh obat atau zat kimia
f. Infeksi.1
Faktor resiko DM tipe 2:
S Usia > 45 tahun
S Kebiasaan tidak aktif
S Berat badan > 110% berat badan idaman atau IMT > 23 kg/m2
S Hipertensi (TD ≥ 140/90 mmHg)
S Riwayat DM dalam garis keturunan
S Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi > 4000 gram, atau melahirkan bayi cacat
S Riwayat DM gestasional
S Riwayat toleransi gula terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT)
S Penderita tuberculosis, penyakit jantung koroner, dan hioertiroidisme.
S Kolesterol HDL ≤ 35 mg/dL atau trigliserid ≥ 250 mg/dL.2
Pada pasien ini ditemukan beberapa factor resiko sebagai pencetus DM diantaranya adalah usia > 45 tahun, IMT sebelum adanya riwayat DM > 23kg/m2, hipertensi, dan adanya riwayat DM pada garis keturunan dimana orang tua dari pasien ini menderita DM.
Diagnosis DM akan ditegakan bila ada keluhan-keluhan khas DM berupa poliuri, polidipsi, polifagi dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya, serta keluhan-keluhan tidak khas seperti lemah, kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria dan pruritus vulva pada wanita.2
Pada pasien ini ditemukan semua gejala klasik/khas DM, seperti poliuri, polifagi dan poli dipsi serta pnurunan berat badan (BB awal 82 kg, saat ini 46 kg). ditemukan pula gejala-gejala tidak khas seperti badan lemah, kesemutan, prritus vulva serta gatal-gatal didaerah perut.
Selain dengan gejala khas DM, penegakan diagnosis DM dapat dilakukan dengan TTGO dan glukosa darah puasa. Namun jika keluhan klasik ditemukan disertai dengan peningkatan glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dL, maka itu sudah cukup untuk menegakan diagnosis DM.2
Kriteria diagnosis DM
1. Gejala klasik DM + glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dL. Glukosa darah sewaktu adalah hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir. Atau
2. Kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dL. Puasa diartikan pasien tidak mendapat tambahan kalori selama 8 jam. Atau
3. Kadar glukosa darah 2 jam pada TTGO ≥ 200 mg/dL. TTGO dilakukan dengan standar WHO,menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 gram glukosa anhidrus yang dilarutkan kedalam air.2
Apabila hasil pemeriksaan tifak memenuhi kriteria normal atau DM, maka dapat digolongkan ke dalam kelompok TGT atau GDPT tergantung dari hasil yang diperoleh
S TGT : glukosa darah plasma 2 jam setelah beban antara 140-199 mg/dL
S GDPT : glukosa darah puasa antara 100-125 mg/dL.2
Pada pasien ini diagnosis DM ditegakan dengan adanya gejala khas ditambah dengan kadar gula darah sewaktu 345 mg/dl.
Penatalakasaan DM dimulai dengan terapi gizi medis dan latihan jasmani selama beberapa waktu (2-4 minggu). Apabila kadar glukosa darah belum mencapai sasaran, dilakukan intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemik oral (OHO) dan suntikan insulin. Pada keadaan tertentu OHO dapat segera diberikan secara tunggal atau langsung kombinasi, sesuai indikasi. Dalam keadaan dekompensasi metabolik berat, misalnya ketoasidosis, stres berat, berat badan menrun dengan cepat, adanya ketonuria, insulin dapat segera diberikan.
1. Edukasi
Edukasi yang diberikan kepada pasien meliputi pemahaman tentang :
§ Perjalanan penyakit DM
§ Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM
§ Penyulit DM dan resikonya.
§ Intervensi farmakologis dan non farmakologis serta target perawatannya.
§ Interaksi antara asupan makanan, aktifitas fisik dan obat hipoglikemik oral atau insulin serta obat-obatan lain.
§ Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah atau urin mandiri.
§ Mengatasi sementara keadaan gawat darurat seperti rasa sakit atau hipoglikemia.
§ Pentingnya latihan jasmani secara teratur.
§ Masalah khusus yang dihadapi (misalnya hipoglikemi pada kehamilan)
§ Pentingnya perawatan diri.
§ Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan.
Edukasi dilakukan secara individual dengan pendekatan berdasarkan penyelesaian masalah. Seperti halnya dengan proses edukasi, perubahan perilaku memerlukan perencanaan yang baik, implementasi, evaluasi dan dokumentasi.
2. Terapi gizi medis
a. Karbohidrat
Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi.
Pembatasan karbohidrat total < 300 g/hari tidak dianjurkan
Makanan harus mengandung lebih banyak karbohidrat terutama yang berserat tinggi.
Sukrosa tidak boleh > 10% total asupan energi.
Makan tiga kali sehari untuk mendistribusikan asupan karbohidrat dalam sehari.
b. Lemak
Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori. Tidak diperkenankan melebihi 30% total asupan energi.
Lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori.
Lemak tidak jenuh ganda < 10%, selebihnya lemak tidak jenuh tunggal.
Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak mengandung lemak jenuh dan lemak trans, antara lain : daging berlemak dan susu penuh.
Anjuran konsumsi kolesterol < 300 mg/hari.
c. Protein
Dibutuhkan sebesar 15-20% total asupan energi.
Sumber protein yang baik adalah ikan, seafood, daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang-kacangan, tahu, tempe.
Pada pasien dengan nefropati perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kg BB/hari atau 10% dari kebutuhan energi dan 65% hendaknya bernilai biologik tinggi.
d. Garam
Anjuran asupan natrium untuk diabetisi sama dengan orang normal pada umumnya yaitu tidak lebih dari 3000mg atau sama degan 6-7 g/hari (1 sendok teh) garam dapur.
Pembatasan natrium sampai 2400 mg atau sama denga 6 g/hari garam dapur, terutama bagi mereka yang hipertensi.
e. Serat
Seperti halnya masyarakat umum, penyandang diabetes dianjurkan mengkonsumsi cukup serat dari kacang-kacangan, buah, sayuran serta sumber karbohidrat yag tinggi serat, karena mengandung vitamin, mineral, serat serta bahan lain yang baik bagi kesehatan.
Anjuran konsumsi serat adalah ± 25 g/hari, diutamakan serat larut
f. Pemanis
Fruktosa tidak dianjurkan pada diabetisi karena efek samping pada lipid plasma.
3. Latihan jasmani
Kegitan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit). Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki kepasar, menggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan.
Latihan jasmani bertujuan untuk menjaga kebugaran, menurunkan berat badan, dan memperbaiki sensitifitas insulin, sehingga dapat memperbaiki kadar gula darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latiha jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, joging, dan berenang, disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Hindari kebiasaan yang kurang gerak dan malas-malasan.
4. Intervensi farmakologis
a. Pemicu sekresi insulin
i. Sulfonilurea
Mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan merupakan pilihan utama untuk pasien dengan berat badan normal atau kurang, namun masih boleh diberikan pada pasien dengan berat badan berlebih. Untuk menghindari hipoglikemi tidak dianjurkan penggunaan sulfonilurea kerja panjang.
ii. Glinid
b. Penambah sensitifitas terhadap insulin
i. Tiazolidindion
Dikontraindikasikan pada pasien dengan gagal jantung klas I-IV karena dapat memperberat udem/retensi cairan dan juga pada gangguan faal hati. Tidak digunakan sebagai obat tunggal.
c. Penghambat glukoneogenesis
Metformin, mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati (glukoneogenesis), disamping juga memperbaiki ambilan glukosa perifer. Terutama dipakai pada diabetisi gemuk. Metformin dikontraindikasikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal (kreatinin serum >1,5) dan hati, serta pasien dengan kecenderungan hipoksia (misalnya penyakit serebrovaskular, sepsis, syok, gagal jantung). Metformin dapat memberikan efek samping mual. Untuk mengurangi keluhan tersebut dapat diberikan pada saat atau sesudah makan.
d. Penghambat glukosidase alfa (acarbose)
Obat ini bekerja dengan mengurangi absorpsi glukosa diusus halus, sehingga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan. Acarbose tidak menimbulkan efek samping hipoglikemi. Efek samping yang paling sering adalah kembung dan flatulen.
e. Insulin
Insulin diperlukan dalam keadaan :
ü Penurnan berat badan yang cepat
ü Hiperglikemi berat yang disertai ketosis
ü Ketoasidosis diabetik
ü Hiperglikemi hiperosmolar non ketotik
ü Hiperglikemi dengan asidosis laktat
ü Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal
ü Stres berat (infeksi sistemik, oprasi besar, IMA, stroke)
ü Kehamilan dengan DM gestasional yang tidak terkendali
ü Gangguan fungsi hati dan ginjal yang berat
ü Kontraindikasi atau alergi terhadap OHO.2
Penatalaksanaan yang dilakuakan pada pasien ini yang pertama adalah edukasi, dimana pasien diberitahukan tentang bagaimana pengendalian dan pemantauan DM, penyulit DM, latihan jasmani secara teratur serta edukasi diet yang seimbang. Yang kedua adalah terapi gizi medik sesuai kebutuhan, dilihat berdasarkan status gizi pasien. Yang ketiga adalah latihan jasmani. Latihan jasmani yang dilakukan pasien ini adalah jalan kaki, selama 30 menit dengan frekuensi 3 kali seminggu. Dan penatalaksanaan terakhir yang dilakukan pada pasien ini adalah dengan intervensi farmakologis. Diberikan kombinasi OHO yaitu pemberian metformin dan golongan sulfonilurea (glucodex). Untuk menurunkan tekanan darah pada pasien ini diberikan golongan ACE inhibitor (captopril), antibiotik profilaksis (cefotaxim) dan untuk simptomatis diberikan OBH dan ranitidin.
Komplikasi-komplikasi diabetes melitus dapat dibagi menjadi dua kategori
ü Komlikasi metabolik akut
ü Komlikasi-komplikasi vaskuler jangka panjang.2
Komplikasi metabolik diabetes merupakan akibat perubahan relatif akut dari kadar glukosa plasma. Komplikasi metabolik yang paling serius adalah ketoasidosis metabolik. Apabila kadar insulin sangat menurun pasien mengalami hiperglikemi dan glukosuria berat, penurunan lipogenesis, peningkatan lipolisis, dan peningkatan asam lemak bebas disertai pembentukan benda keton (asetosat, hidroksi butirat, dan aseton). Peningkatan keton dalam plasma menyebabkan ketosis, peningkatan beban ion hidrogen dan asidosis metabolik. Glukosuria dan ketonuria dapat menyebabkan diuresis osmotik dan kehilangan elektrolit. Pasien dapat mengalami hipotensi dan syok. Akhirnya, akibat penggunaan oksigen otak, pasien akan mengalami koma dan meninggal. Komplikasi metabolik lain yang terjadi adalah hipoglikemi, terutama pada terapi insulin.2
Komplikasi vaskular jangka panjang dari diabetes melibatkan pembuluh-pembuluh darah kecil (mikroangiopati) dan pembuluh-pembuluh darah besar dan sedang (makroangiopati). Mikroangiopati merupakan lesi spesifik diabetik yang menyerang kapiler dan arteriola retina (retinopati diabetik), glomerulus (nefropati diabetik), dan saraf-saraf perifer (neuropati diabetik).4
Makroangiopati diabetik mempunyai gambaran histologik berupa aterosklerosis. Gabungan dari gangguan biokimia yang disebabkan karena insufisiensi insulin dapat menjadi penyebab jenis penyakit vaskuler ini. Gangguan-gangguan ini berupa penimbunan sorbitol dalam intima vaskuler, hiperlipoproteinemia,dan kelainan pembekuan darah. Pada akhirnya makroangiopati diabetik ini akan mengakibatkan penyumbatan vaskuler. Jika mengenai arteri-arteri perifer, maka dapat mengakibatkan insufisiensi vaskular perifer yang disertai klaudikasio intermiten dan ganggren pada ekstremitas. Jika yang terkena adalah arteria koronaria dan aorta maka dapat mengakibatkan angina dan infark miokard.5
Pada pasien ini ditemukan beberapa penyulit DM diantaranya retinopati diabetik, neuropati diabetik.
Masalah yang ditemukan pada pasien ini, selain DM adalah hipertensi. Patogenesis hipertensi pada penderita DM tipe 2 sangat kompleks, banyak faktor berpengaruh pada peningkatan tekanan darah. Pada Diabetes faktor tersebut adalah : Resistensi insulin, kadar Gula darah plasma, Obesitas selain faktor lain pada sistem otoregulasi pengaturan tekanan darah. Hipertensi pada pasien dengan diabetes mellitus jiak tidak ditangani dengan adekuat dapat meningkatkan resiko penyakit kardiovaskular serta gagal ginjal.3
Obat anti hipertensi yang ideal diharapkan adalah yang dapat mengontrol tekanan darah, tidak mengganggu terhadap metabolisme baik glukosa maupun lipid, bahkan lebih menguntungkan, dapat berperan sebagi renoprotektif, serta dapat menuntungkan secara maksimal adalah respon terhadap kematian akibat kardiovaskuler.3
Target tekanan darah yang diharapkan tercapai pada penderita tekanan darah yang direkomendasikan oleh ADA ( American Diabetes Asscociated ) adalah seperti pada bagan dibawah ini :
Indikasi terapi inisial dan target tekanan darah penderita hipertensi pada penderita diabetes melitus.3
Sistolik
|
distolik
| |
Target
(mmHg)
|
<
130
|
<
80
|
Perubahan gaya hidup
Selama
3 bulan
|
130-139
|
80-89
|
Perubahan gaya hidup +
Terapi
farmakologis
|
≥
140
|
≥
90
|
Obat anti hipertensi Penghambat ACE, Antagonis reseptor Angitotensin dan beta bloker merupakan pilihan pertama dalam pengelolaan hipertensi pada penderita DM. Pada pasien ini diberikan obat anti hipertensi golongan ACE inhibitor (capopril 2x25 mg).
Prognosis penyakit diabetes mellitus adalah dubia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Perhimpunan dokter spesialis penyakit dalam indonesia. Panduan Pelayanan Medik. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006.
2. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsesus pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe2 diIndonesia. Jakarta: PB Perkeni. 2006
3. Permana, Hikmat. Pengelolaan Hipertensi pada Diabetes Mellitus Tipe 2. Bandung : Sub bagian Endokrinologi dan metabolism Bagian Ilmu Penyakit Dalam Perjan RS Dr Hasan Sadikin.
4. Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. Patofisiologi konsep klinis proses-prose penyakit, ed 4. Jakarta: EGC. 1995
5. Sudoyo Aru, Satiyohadi Bambang, Idrus Alwi, Simadibrata Macellus, Setiati Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.