Ulkus Peptikum
1. Pengertian
Ulkus peptikum merupakan keadaan
di mana kontinuitas mukosa lambung terputus dan meluas sampai di bawah epitel.
Kerusakan mukosa yang tidak meluas sampai ke bawah epitel disebut erosi,
walaupun seringkali dianggap juga sebagai tukak.(misalnya tukak karena stress).
Tukak kronik berbeda denga tukak akut, karena memiliki jaringan parut pada dasar
tukak. Menurut definisi, tukak peptik dapat ditemukan pada setiap bagian saluran
cerna yang terkena getah asam lambung, yaitu esofagus, lambung, duodenum, dan
setelah gastroduodenal, juga jejunum. Walaupun aktivitas pencernaan peptic oleh
getah lambung merupakan factor etiologi yang penting, terdapat bukti bahwa ini
hanya merupakan salah satu factor dari banyak factor yang berperan dalam
patogenesis tukak peptic.
2. Etiologi Dan Insiden
Etiologi ulkus peptikum kurang
dipahami, meskipun bakteri gram negatif H. Pylori telah sangat diyakini sebagai
factor penyebab. Diketahui bahwa ulkus peptik terjadi hanya pada area saluran
GI yang terpajan pada asam hidrochlorida dan pepsin. Penyakit ini terjadi
dengan frekuensi paling besar pada individu antara usia 40 dan 60 tahun.
Tetapi, relatif jarang pada wanita menyusui, meskipun ini telah diobservasi
pada anak-anak dan bahkan pada bayi. Pria terkenal lebih sering daripada
wanita, tapi terdapat beberapa bukti
bahwa insiden pada wanita hampir
sama dengan pria. Setelah menopause, insiden ulkus peptikum pada wanita hampir
sama dengan pria. Ulkus peptikum pada korpus lambung dapat terjadi tanpa
sekresi asam berlebihan
Predisposisi :
Upaya masih dilakukan untuk
menghilangkan kepribadian ulkus. Beberapa pendapat mengatakan stress atau marah
yang tidak diekspresikan adalah factor predisposisi. Ulkus nampak terjadi pada
orang yang cenderung emosional, tetapi apakah ini factor pemberat kondisi,
masih tidak pasti. Kecenderungan keluarga yang juga tampak sebagai factor predisposisi
signifikan. Hubungan herediter selanjutnya ditemukan pada individu dengan
golongan darah lebih rentan
daripada individu dengan golongan darah A, B, atau AB. Factor predisposisi lain
yang juga dihubungkan dengan ulkus peptikum mencakup penggunaan kronis obat
antiinflamasi non steroid (NSAID). Minum alkohol dan merokok berlebihan.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa ulkus lambung dapat dihubungkan dengan
infeksi bakteri dengan agens seperti H. Pylori. Adanya bakteri ini meningkat
sesuai dengan usia. Ulkus karena
jumlah hormon gastrin yang berlebihan, yang diproduksi oleh
tumor(gastrinomas-sindrom zolinger-ellison)jarang terjadi. Ulkus stress dapat
terjadi pada pasien yang terpajan kondisi penuh stress.
3. Patofisiologi
Ulkus peptikum terjadi pada
mukosa gastroduodenal karena jaringan ini tidak dapat menahan kerja asam
lambung pencernaan(asam hidrochlorida dan pepsin). Erosi yang terjadi berkaitan
dengan peningkatan konsentrasi dan kerja asam peptin, atau berkenaan dengan
penurunan pertahanan normal dari mukosa. Mukosa yang rusak tidak dapat mensekresi
mukus yang cukup bertindak sebagai barier terhadap asam klorida.
Sekresi lambung terjadi pada 3
fase yang serupa :
1. Sefalik
Fase pertama ini dimulai dengan
rangsangan seperti pandangan, bau atau rasa makanan yang bekerja pada reseptor
kortikal serebral yang pada gilirannya merangsang saraf vagal. Intinya, makanan
yang tidak menimbulkan nafsu makan menimbulkan sedikit efek pada sekresi
lambung. Inilah yang menyebabkan makanan sering secara konvensional diberikan
pada pasien dengan ulkus peptikum. Saat ini banyak ahli gastroenterology menyetujui
bahwa diet saring mempunyai efek signifikan pada keasaman lambung atau
penyembuhan ulkus. Namun,
aktivitas vagal berlebihan selama malam hari saat lambung kosong adalah iritan
yang signifikan.
2. Fase lambung
Pada fase ini asam lambung
dilepaskan sebagai akibat dari rangsangan kimiawi dan mekanis terhadap reseptor
dibanding lambung. Refleks vagal menyebabkan sekresi asam sebagai respon
terhadap distensi lambung oleh makanan.
3. Fase usus
Makanan dalam usus halus
menyebabkan pelepasan hormon(dianggap menjadi gastrin) yang pada waktunya akan
merangsang sekresi asam lambung. Pada manusia, sekresi lambung adalah campuran
mukokolisakarida dan mukoprotein yang disekresikan secara kontinyu melalui
kelenjar mukosa. Mucus ini mengabsorpsi pepsin dan melindungi mukosa terhadap
asam. Asam hidroklorida disekresikan secara kontinyu, tetapi sekresi meningkat
karena mekanisme neurogenik dan hormonal yang dimulai dari rangsangan lambung
dan usus. Bila asam hidroklorida tidak dibuffer dan tidak dinetralisasi dan
bila lapisan luar mukosa tidak memberikan perlindungan asam hidroklorida
bersama dengan pepsin akan merusak lambung. Asam hidroklorida kontak hanya
dengan sebagian kecil permukaan lambung. Kemudian menyebar ke dalamnya dengan
lambat. Mukosa yang tidak dapat dimasuki disebut barier mukosa lambung. Barier
ini adalah pertahanan untama lambung terhadap pencernaan yang dilakukan oleh sekresi
lambung itu sendiri. Factor lain yang mempengaruhi pertahanan adalah suplai darah,
keseimbangan asam basa, integritas sel mukosa, dan regenerasi epitel. Oleh
karena itu, seseorang mungkin mengalami ulkus peptikum karena satu dari dua factor
ini :
1. hipersekresi asam pepsin
2. kelemahan barier mukosa
lambung
Apapun yang menurunkan yang
mukosa lambung atau yang merusak mukosa lambung adalah ulserogenik, salisilat
dan obat antiinflamasi non steroid lain, alcohol, dan obat antiinflamasi masuk
dalam kategori ini.
Sindrom Zollinger-Ellison (gastrinoma)
dicurigai bila pasien datang dengan ulkus peptikum berat atau ulkus yang tidak
sembuh dengan terapi medis standar. Sindrom ini diidentifikasi melalui temuan
berikut : hipersekresi getah lambung, ulkus duodenal, dan gastrinoma(tumor sel
istel) dalam pancreas. 90% tumor ditemukan dalam gastric triangle yang mengenai
kista dan duktus koledokus, bagian kedua dan tiga dari duodenum, dan leher
korpus pancreas. Kira-kira ⅓ dari gastrinoma adalah ganas(maligna). Diare dan
stiatore(lemak yang tidak diserap dalam feces)dapat ditemui. Pasien ini dapat mengalami
adenoma paratiroid koeksisten atau hyperplasia, dan karenanya dapat menunjukkan
tanda hiperkalsemia. Keluhan pasien paling utama adalah nyeri epigastrik. Ulkus
stress adalah istilah yang diberikan pada ulserasi mukosa akut dari duodenal
atau area lambung yang terjadi setelah kejadian penuh stress secara fisiologis.
Kondisi stress seperti luka bakar, syok, sepsis berat, dan trauma dengan organ
multiple dapat menimbulkan ulkus stress. Endoskopi fiberoptik dalam 24 jam
setelah cedera menunjukkan erosi dangkal pada lambung, setelah 72 jam, erosi
lambung multiple terlihat. Bila kondisi stress berlanjut ulkus meluas. Bila
pasien sembuh, lesi sebaliknya. Pola ini khas pada ulserasi stress. Pendapat
lain yang berbeda adalah penyebab lain dari ulserasi mukosa. Biasanya ulserasi
mukosa dengan syok ini menimbulkan penurunan aliran darah mukosa lambung.
Selain itu jumlah besar pepsin dilepaskan. Kombinasi iskemia, asam dan pepsin
menciptakan
suasana ideal untuk menghasilkan
ulserasi. Ulkus stress harus dibedakan dari ulkus cushing dan ulkus curling,
yaitu dua tipe lain dari ulkus lambung. Ulkus cushing umum terjadi pada pasien
dengan trauma otak. Ulkus ini dapat terjadi pada esophagus, lambung, atau
duodenum, dan biasanya lebih dalam dan lebih penetrasi daripada ulkus stress. Ulkus
curling sering terlihat kira-kira 72 jam setelah luka bakar luas.
4. Manifestasi klinis
Gejala-gejala ulkus dapat hilang
selama beberapa hari, minggu, atau beberapa bulan dan bahkan dapat hilang hanya
sampai terlihat kembali, sering tanpa penyebab yang dapat diidentifikasi.
Banyak individu mengalami gejala ulkus, dan 20-30% mengalami perforasi atau
hemoragi yang tanpa adanya manifestasi yang mendahului.
a) Nyeri : biasanya pasien dengan
ulkus mengeluh nyeri tumpul, seperti tertusuk atau sensasi terbakar di
epigastrium tengah atau di punggung. Hal ini diyakini bahwa nyeri terjadi bila
kandungan asam lambung dan duodenum meningkat menimbulkan erosi dan merangsang
ujung saraf yang terpajan. Teori lain menunjukkan bahwa kontak lesi dengan asam
merangsang mekanisme refleks local yang mamulai kontraksi otot halus
sekitarnya.
Nyeri biasanya hilang dengan
makan, karena makan menetralisasi asam atau dengan menggunakan alkali, namun
bila lambung telah kosong atau alkali tidak digunakan nyeri kembali timbul.
Nyeri tekan lokal yang tajam dapat dihilangkan dengan memberikan tekanan lembut
pada epigastrium atau sedikit di sebelah kanan garis tengah. Beberapa gejala
menurun dengan memberikan tekanan local pada epigastrium.
b) Pirosis(nyeri uluhati) :
beberapa pasien mengalami sensasi luka bakar pada esophagus dan lambung, yang
naik ke mulut, kadang-kadang disertai eruktasi asam. Eruktasi atau sendawa umum
terjadi bila lambung pasien kosong.
c) Muntah : meskipun jarang pada
ulkus duodenal tak terkomplikasi, muntah dapat menjadi gejala ulkus peptikum.
Hal ini dihubungkan dengan pembentukan jaringan parut atau pembengkakan akut
dari membran mukosa yang mengalami inflamasi di sekitarnya pada ulkus akut.
Muntah dapat terjadi atau tanpa didahului oleh mual, biasanya setelah nyeri
berat yang dihilangkan dengan ejeksi kandungan asam lambung.
d) Konstipasi dan perdarahan :
konstipasi dapat terjadi pada pasien ulkus, kemungkinan sebagai akibat dari
diet dan obat-obatan. Pasien dapat juga datang dengan perdarahan gastrointestinal
sebagian kecil pasien yang mengalami akibat ulkus akut sebelumnya tidak
mengalami keluhan, tetapi mereka menunjukkan gejala setelahnya.
5. Evaluasi diagnostik
Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan
adanya nyeri, nyeri tekan epigastrik atau distensi abdominal. Bising usus
mungkin tidak ada. Pemeriksaan dengan barium terhadap saluran GI atas dapat
menunjukkan adanya ulkus, namun endoskopi adalah prosedur diagnostic pilihan.
Endoskopi GI atas digunakan untuk mengidentifikasi perubahan inflamasi, ulkus dan
lesi. Melalui endoskopi mukosa dapat secara langsung dilihat dan biopsy
didapatkan. Endoskopi telah diketahui dapat mendeteksi beberapa lesi yang tidak
terlihat melalui
pemeriksaan sinar X karena ukuran
atau lokasinya. Feces dapat diambil setiap hari sampai laporan laboratorium
adalah negatif terhadap darah samar. Pemeriksaan sekretori lambung merupakan
nilai yang menentukan dalam mendiagnosis aklorhidria(tidak terdapat asam
hdroklorida dalam getah lambung) dan sindrom zollinger-ellison. Nyeri yang
hilang dengan makanan atau antasida, dan tidak adanya nyeri yang timbul juga mengidentifikasikan
adanya ulkus. Adanya H. Pylory dapat ditentukan dengan biopsy dan histology
melalui kultur, meskipun hal ini merupakan tes laboratorium khusus. Ada juga
tes pernafasan yang mendeteksi H. Pylori, serta tes serologis terhadap antibody
pada antigen H. Pylori.
6. Penatalaksanaan
Beberapa metode dapat digunakan
untuk mengontrol keasaman lambung termasuk perubahan gaya hidup, obat-obatan,
dan tindakan pembedahan.
a) Penurunan stress dan
istirahat.
b) Penghentian merokok
c) Modifikasi diet
d) Obat-obatan
e) Intervensi bedah
7. Konsep keperawatan
a) Pengkajian
Riwayat pasien bertindak sebagai
dasar yang penting untuk diagnosis. Pasien diminta untuk menggambarkan nyeri
dan metode yang digunakan untuk menghilangkannya (tekanan, antacid). Nyeri
ulkus peptikum biasanya digambarkan sebagai rasa terbakar atau menggerogoti dan
terjadi kira-kira terjadi setelah 2 jam sesudah makan. Nyeri ini dering
membangunkan pasien tengah malam dan jam 3 pagi. Pasien hanya menyatakan bahwa
nyeri dihilangkan dengan antasida, makan makanan atau dengan muntah. Pasien
ditanya kapan muntah terjadi.
Bila terjadi, seberapa banyak? Apakah muntahan merah terang atau warna kopi.
Apakah pasien mengalami defekasi disertai feses berdarah? Selama pengambilan
riwayat, perawat meminta pasien untuk menuliskan masukan makanan, biasanya
periode 72 jam dan memasukkan semua kebiasaan makan ( kecepatan makan, makanan
regular, kesukaan pada makanan pedas, penggunaan bumbu, penggunaan minuman yang
mengandung kafein ). Tingkat ketegangan dan kegugupan pasien dikaji. Apakah
pasien merokok? Bila ya, seberapa banyak? Bagaimana pasien mengekspresikan
marah, terutama dalam konteks kerja dan kehidupan keluarga? Adakah stress
pekerjaan atau adakah masalah dengan keluarga? Adakah riwayat keluarga dengan
penyakit ulkus? Tanda vital dikaji untuk indicator anemia ( takikardi,
hipotensi ), feses diperiksa terhadap darah samar. Pemeriksaan fisik dilakukan
dan abdomen dipalpasi untuk melokalisasi nyeri tekan.
b) Rencana Asuhan Keperawatan
1) Diagnosa Keperawatan :
Kurang pengetahuan mengenai
pencegahan gejala dan penatalaksanaan kondisi berhubungan dengan informasi yang
tidak adekuat.
Tujuan : Klien mendapatkan
pengetahuan tentang pencegahan dan penatalaksanaan.
Intervensi :
a. Kaji tingkat pengetahuan dan
kesiapan untuk belajar dari klien. R/ : Keinginan untuk belajar tergantung pada
kondisi fisik klien, tingkat ansietas dan kesiapan mental.
b. Ajarkan informasi yang
diperlukan : Gunakan kata-kata yang sesuai dengan tingkat pengetahuan klien.
Pilih waktu kapan klien paling nyaman dan berminat. Batasi sesi penyuluhan
sampai 30 menit atau kurang. R/ : Individualisasi penyuluhan meningkatkan pembelajaran.
c. Yakinkan klien bahwa
penyakitnya dapat diatasi. R/ : Memberikan keyakinan dapat memberikan pengaruh
positif pada perubahan perilaku.
Nyeri berhubungan dengan iritasi
mukosa dan spasme otot.
Tujuan : Klien mengungkapkan
nyeri berkurang atau hilang.
Intervensi :
a. Berikan terapi obat-obatan
sesuai dengan program :
1) Antagonis histamine, R/ :
Mempengaruhi sekresi asam lambung
2) Garam antibiotic/ Bismuth, R/
: Antibiotik diberikan bersamaan dengan garam Bismuth mematikan H.Pylori
3) Agen sitoprotektif, R/ : Agen
sitoprotektik melindungi mukosa lambung
4) Inhibitor pompa proton, R/ :
Inhibitor pompa proton menurunkan asam lambung
5) Antasida, R/ : Menetralisir
asam lambung
6) Antikolinergik, R/ :
Menghambat pelepasan asam lambung
b. Anjurkan menghindari
obat-obatan yang dijual bebas terutama yang mengandung salisilat.R/ :
Obat-obatan yang mengandung salisilat dapat mengiritasi mukosa lambung.
c. Anjurkan klien untuk
menghindari makanan/ minuman yang mengiritasi mukosa lambung : kafein dan
alcohol.R/ : Dapat merangsang sekresi asam hidroklorida.
d. Anjurkan klien untuk
menggunakan makanan dan kudapan pada interval yang teratur.
R/ : Jadwal makan yang teratur
membantu mempertahankan partikel makanan dalam lambung yang membantu menetralisir
keasaman sekresi lambung.
e. 5) Anjurkan pasien untuk
berhenti merokok R/ : Merokok dapat merangsang kekambuhan ulkus
Ansietas berhubungan dengan sifat
penyakit dan penatalaksanaan jangka panjang.
Tujuan : Penurunan ansietas.
Intervensi :
a. Dorong klien untuk
mengekspresikan masalah dan rasa takut dan ajukan pertanyaan sesuai kebutuhan.
R/ : Komunikasi terbuka membantu klien mengembangkan hubungan saling percaya
yang membantu mengurangi ansietas dan stress.
b. Jelaskan alasan untuk mentaati
jadwal pemngobatan yang direncanakan :
1) farmakoterapi
2) Pembatasan diet
3) Modifikasi tingkat aktifitas
4) Mengurangi atau menghentikan
rokok
R/ : Pengetahuan mengurangi
ansietas yang tampak sebagai rasa takut akibat ketidaktahuan. Pengetahuan dapat
mempunyai pengaruh positif pada perubahan perilaku.
c. Bantu klien untuk
mengidentifikasi situasi yang menimbulkan ansietas. R/ : Stresor perlu
diidentifikasi sebelum dapat diatasi.
d. Ajarkan strategi
penatalaksanaan stress : misalnya obat-obatan, distraksi dan imajinasi.
R/ : Penurunan ansietas
menurunkan sekresi asam hidroklorida.
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan nyeri yang berkaitan dengan makanan.
Tujuan : Mendapatkan nutrisi yang
optimal.
Intervensi :
a. Anjurkan makan makanan dan
minuman yang tidak mengiritasi R/ : Makanan dan minuman yang tidak mengiritasi
dapat membantu mengurangi nyeri epigastrik.
b. Anjurkan makan dengan jadwal
yang teratur, hindari kudapan sebelum waktu tidur R/ :
Makan teratur membantu
menetralisasi sekresi asam lambung; kudapan sebelum tidur meningkatkan sekresi
asam lambung.
c. Anjurkan makan makanan pada
lingkungan yang rileks R/ : Lingkungan yang rileks kurang menimbulkan ansietas.
Menurunnya ansietas membantu menurunkan sekresi asam hidroklorida
ASKEP
ULKUS PEPTIKUM
TIK
: Setelah membaca tulisan inii , perawat diharapkan mampu :
1.
Menjelaskan tentang penyebab Ulkus Peptikum
2.
Menjelaskan proses patofisiologi terjadinya Ulkus Peptikum
3.
Menjelaskan tentang klasifikasi Ulkus Peptikum
4.
Menjelaskan tentang pengkajian yang harus dilakukan/ditanyakan pada
pasiendan keluarga yang menderita Ulkus Peptikum
5.
Membuat analisa data dan menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien
yangmengalami Ulkus Peptikum
6.
Merumuskan rencana keperawatan pada pasien yang mengalami UlkusPeptikum
PENGERTIAN
Ulserasi
pada jaringan mukosa, sub mukosa dan lapisan otot saluran
pencernaan bagian atas yang dapat terjadi di esophagus . gaster, duodenum
dan jejenum.Ulkus duodenum lebih sering terjadi dari pada ulkus gaster, dan
banyak dialamioleh pria berusia 25 – 50 tahun. Sedangkan ulkus gaster terjadi
pada usia diatas 50tahun. Ulkus peptikum ini bisa merupakan komplikasi dari gastritis.
ETIOLOGI
Penyebab
yang pasti belum diketahui namun beberapa kasus berhubungan
dengan peningkatan sekresi asam lambung dan lemahnya barier mukosa lambung.
PATOFISIOLOGI
Terjadinya
ulserasi pada duodenum dan pada gaster mempunyai mekanismeyang berbeda. Normalnya asam bebas
yang telah disekresikan ke dalam lambungdidifusi kembali secara perlahan-lahan
di dalam jaringanDifusi yang cepat menyebabkan reaksi peradangan di dalam
jaringan sehinggamenimbulkan kerusakan dan perdarahan. Difusi yang cepat ini
disebabkan olehlemahnya barier mukosa lambung. Melemahnya baier mukosa lambung dapatsebabkan
oleh:
1.
Alkhohol
2.
Obat-obatan seperti asam salisilat
3.
Asam empedu (aliran balik cairan empedu ke duodenum akibat rokok)Terjadinya
ulserasi duodenal disebabkan oleh peningkatan sekresi asam lambung.Asam lambung yang
berlebihan menyebabkan asam lambung turun ke duodenumdan menyebabkan
ulserasi. Ulserasi gaster disebabkan oleh difusi asam lambungyang secapat sementera
sekresinya normal.
FAKTOR
PREDEPOSISI ULKUS PEPTIKUM
Beberapa
faktor-faktor diidentifikasi sebagai kondisi yang memudahkanterjadinya ulkus
peptikum yaitu:
1.
Kebiasaan merokok
2.
Penggunaan obat-obatan seperti obat golongan salisilat
3.
Stres psikologik
2.
Resiko terjadinya gangguan perfusi jaaringan (gastrointestinal)
berhubungandengan perdarahan, perporasi dan obstruksi.
Intervensi
Keperawatan :
a.
Monitor dan kenali lebih dini tanda-tanda komplikasi seperti distensi
abdomen,hematesesis dan melena, penuruna kesadaran, hipotensi, nadi cepat, suhu
tinggi, perasaan penuh. Kolborasi dengan tim medis bila dijumpai
tanda-tanda tersebut.
b.
Pertahankan bed res total di tempat tidur
c.
Lakukan penanganan terhadap kompilkasi bila ada :
Perdarahan:
•
Puasakan pasien
•
Pemasangan NGT, observasi jumlah perdarahan
•
Lavage lambung dengan NaCl dingin
•
Kaji tanda-tanda vital seperti TD, Nadi, suhu, serta tanda-tanda shock sepertidiaphoresis
dan tachikardi, hipotensi, penurunan kesadaran
d.
Monitoring Hb, Ht dan serum electrolite. Pertahankan pemberian cairan
perparentral
f.
Kolaborasi untuk pemberian vasopresin sesuai program , dan kaji efek
samping pemberian vasopresin, seperti: nyeri daerah injeksi, nyeri dada,
nausea muntah,kram abdomen, intoksikasi air.
g.
Kolborasi tindakan endoskopi elektrocoagulation, untuk
menghentikan perdarahnh. Pemberian obat-obata untuk menghentikan
peningkatkan pH asam lambung,seperti : antacid, zantac, tagamet
PENDIDIKAN
KESEHATAN UNTUK PASIEN DENGAN ULKUSPEPTIKUM
a.
Pengobatan
1.
Menjelaskan dosis, cara pemberian, cara kerja dan efek samping obat
2.
Lanjutkan obat untuk waktu yang ditentukan, walaupun ketika gejala tidak ada
3.
Usahakan agar setiap saat mudah mendapatkan antasida
4.
Antisipasi peningkatan kebutuhan akan antasida selama periode-periode stress.
5.
Hindarkan pengobatan sendiri dengan antasida sitemik (bicarbonat soda)
yangmerubah keseimbangan asam basa
6.
Hindarkan obat-obatan ulcerogenik : salisilat, ibuproten,
kortikosteroid
b.
Merokok
1.
Berhenti merokok jika mungkin
2.
Jika menghentikan merokok menyebabkan peningkatan rasa tidak nyaman daristress, anjurkan
untuk mengurangi jumlah rokoknya
c.
Makan
1.
Makanlah 3 kali makanan seimbang dalam sehari
2.
Makanlah snack diantara waktu makan jika ini membantu mengurangi rasa nyeri
3.
Hindarkan makanan yang meningkatkan rasa tidak nyaman/merangsang
sekresiasam
4.
Jika minum alkhohol, minumlah dalam jumlah sedang dan tidak pada waktu lambung kosong
5.
hindarkan stress pada waktu makan dan istirahat untuk beberapa saat setelah makan
6.
Bila mungkin tidak mengkomsumsi alkhohol
d.
Relaxasi dan reduksi stress
1.
Berpasrtisipasilah dalam rekreasi dan hobi yang meningkatkan relaxasi
2.
Tidur malam yang baik dengan waktu yang teratur
3.
Gunakan teknik relaxasi untuk menurunkanstress
4.
berpartisipasilah dalam program latihan yang baik untuk meningkatkankesehatan
5.
Aturlah lingkungan rumah dan tempat kerja untuk menjaga agar stressor pada tingkatan yang wajar
6.
Hindarkan faktor-faktor yang diketahui dapat meningkatan gejala-gejala jika mungkin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Awal dari sebuah kehidupan dilihat dari kesehatan